Mencari
cinta sejati
Sore
itu di kala senja, tria masih merasakan keadaan yang tak menyenangkan, sebab
perasaan hati terasa kalut bercampur binggung, sehingga sulit di bayangkan,
bahkan di ungkapkan lewat kata-kata pun tak bisa. Akhirnya ia hanya duduk terdiam
membsu, melamun dan terbengong memandangi ke indahan senja di kala itu.
Tria
tak bergerak sedikit dari tempat ia berdiam, yang sedang beada di belakang
rumah, juga memandang begitu luas hamparan sawah terbentang, seakan tidak mau
tertidur, ketika angin menggoyangkan tubuh kecil mereka.
Senja
seakan mulai hilang di atas cakrawal ufuk barat. Tria terus saja terdiam , dan
akhirnya ia bergerak juga dari tempat ia berdiam, ketika suara adzan
berkumandang, dilaksanakannya magrib dengan tenang dan damai, sembari
mengangkat tangan dan berdo’a agar dirinya diberi kesehatan dan kekuatan dalam
menjalani kehidupan yang serba liku-liku.
Di
bili kabar tria terdiam sesaat, setelah ia melaksanakan sholat. Sungguh tenang
dan nyaman berada dibilik kamar dengan hiasan pernak-pernik dalam ruangan,
seakan menjadi saksi kehidupan yang ia jalani. Cahaya lampu yang menyorot
seperti matahari yang tergantung di atas langit-langit, sajadah sebagi alas
sholat penopang kepala dan tubuh, lalu ranjang sebagai tempat beristirahat
beberapa jam saja.
Kemudian
tria bergerak sekejap untuk menyalakan radio yang berada di dekatnya, disuasana
malam dengan acara-acara yang dapat menenteramkan hati dan fikiran, seolah
terbayang masa-masa indah sewaktu kanak-kanak, tetapi kini ia telah berubah
menjadi seseorang yang sudah cukup matang, dan terbilang dewasa.
Mata
terpejam seakan melupakan kejadian-kejadian yang telah berlalu, seperti biasa
pula, ketika ia tertidur, ia lupa untuk mematikan radio, maka seperti biasanya
pula sang ibundanya lah masuk kedlam bilik kamarnya untuk mematikan radio yang
masih menyala.
Matahari
pagi bersinar, sementara tria sudah menyelesaikan sholat subuh dengan tepat
pada waktunya, ini ia harus memikirkan apa yang harus difikirkan, terdiam
sejenak, tak ada yang bertindak dari salah satu tubuh ini. Lalu sepintas benak
menyala “akankah aku harus pergi merantau untuk mendapatkan kehidupan yang
lebih baik, atau bahkan aku juga akan mendapatkan cinta sejati di perantauan
nantinya”....
Sejurus kemudian, tria ungkapkan niatnya itu
kepada orang tuany, dimana sang ayang hanyalah seorang petani biasa dan ibunya
hanya seorang ibu rumah tangga dalam keluarganya, dan mereka jugalah yang
menghidupi dan membiayai ketiga adik-adik tria. Akhirnya orang tua tria
merestui nya untuk pergi merantu ke kota. Dengan membawa bekal ala kadarnya,
dalam benak terfikir olehnya “walau rintangan hidup yang begitu sulit, pastinya
aku bisa mencapai ini semua” tria hanya bisa berserah kepada Allah sang
pencipta alam semesta beserta isinya.
Seiring
berjalannya waktu, tria sudah berada di kota, ia bekerja sebagai kuli bangunan,
dan itu berlalu ia jalani sampai tiga tahun lamanya. Tetapi keadaan memaksanya
untuk berhenti bekerja, sebab perusahaan yng menjalankan royek tempat ia
bekerja mengalami kebangkrutan yang serius, dan oleh karena itu pula ia harus
menjadi gelandangan selama berhari-hari, tanpa berfikir panjang, ia memutuskan untuk
pulang kekampung halaman. setelah ia mendapatka uang dari hasil mengamen
bersama teman-teman.
Tak
terfikir olehnya dan tak sedikitpun terbayangkan, jikalau ia tiba di kampung
halaman, ntah apa yang terjadi setelahnya.....
Kini,
hilang harapannya untuk menemukn cinta sejati di kota. Ia tidak tahu apa arti
semua ini, mungkinkah ini cobaan ataukah azab yang diberikan oleh sang maha
kuasa....?, ia tak tahu itu, tetapi ia msih binggung dengan ini semua. Akhirnya
ia akan terus mencari dan terus mencari cinta sejatinya, walau di kota ia
mengalami kegagalan, mungkin saja di desa daerahnya ia akan menemukannya, tapi,
masihkah ia sanggup mencari cinta sejatinya...?
By:
BS
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terimakasih sudah singgah, jagan lupa yah, tinggalkan kritik & sarannya...:)