Jumat, 14 Maret 2014

Urashima Taro dan Penyu Laut

Urashima Taro dan Penyu Laut

Tidak dikenal


Urashima Taro, yang dalam bahasa Jepang berarti "Anak laki-laki dari pulau," adalah anak satu-satunya dan merupakan kesayangan dari seorang nelayan tua dan istrinya.
Dia sangat baik, muda dan kuat, dia dapat berlayar dengan perahu jauh lebih pandai dari orang-orang yang tinggal di tepi pantai rumahnya. Dia sering berlayar jauh ke tengah laut, dimana para tetangganya sering memperingati orangtuanya bahwa mungkin suatu saat dia akan pergi terlalu jauh ke laut dan tidak pernah kembali lagi.
Orangtuanya tahu akan hal ini, bagaimanpun juga, mereka mengerti bahwa anaknya sangat pandai berlayar, dan mereka tidak pernah terlalu mengkuatirkannya. Bahkan bila Urashima pulang lebih lambat dari yang diharapkan, mereka selalu menunggu kedatangannya tanpa rasa cemas. Mereka mencintai Urashima lebih dari hidup mereka sendiri, dan bangga bahwa dia sangat berani dan lebih kuat dari anak laki-laki tetangganya.
Penyu yang terjaringSuatu pagi, Urashima Taro pergi untuk mengambil tangkapan di jaringnya, seperti yang ditebarkannya kemarin malam. Di salah satu jaringnya, diantara ikan yang tertangkap, dia menemukan seekor penyu kecil yang ikut terjerat. Penyu itu di ambilnya dan diletakkannya di dalam perahu sendiri, disimpannya di tempat yang aman, hingga dia dapat membawanya pulang ke rumah. Tetapi dengan kagum, Urashima mendengarkan penyu itu memohon dengan suara yang sangat lirih. "Apa gunanya saya bagi kamu?" tanya penyu itu. "Saya terlalu kecil untuk dimakan, dan terlalu muda hingga butuh waktu yang lama hingga saya menjadi besar. Kasihanilah saya dan kembalikan saya ke laut, karena saya tidak ingin mati." Urashima Taro yang baik hati menaruh belas kasihan paa penyu kecil yang memohon sehingga dia melepaskan kembali penyu kecil itu ke laut.
Beberapa tahun setelah kejadian ini, ketika Urashima Taro pergi berlayar terlalu jauh ke tengah laut, badai yang buruk datang menerpa perahunya dan memecahkan perahunya hingga berkeping-keping. Urashima adalah perenang yang sangat baik, dan dia terus berupaya agar dapat sampai ke tepi pantai dengan berenang, tetapi jarak antara dia dan pantai terlalu jauh dan saat itu laut sangat ganas, kekuatannya akhirnya melemah dan dia sudah mulai tenggelam perlahan-lahan. Saat dia menyerah dan berpikir bahwa dia tidak akan pernah bertemu dengan ayahnya lagi, dia mendengar namanya dipanggil dan melihat penyu yang besar berenang ke arahnya.
Naiklah kepunggungku," teriak penyu itu, "dan saya akan membawamu menuju daratan." Ketika Urashima Taro telah aman dan duduk di punggung penyu itu, penyu itu lalu melanjutkan kata-katanya: "Saya adalah penyu yang kamu lepas saat saya masih kecil dan tidak berdaya di jaring mu, dan saya sangat senang dapat membalas kebaikanmu."
Sebelum mereka tiba di pantai, penyu itu bertanya kepada Urashima Taro bahwa apakah dia ingin melihat kehidupan yang indah yang tersembunyi di bawah laut. Nelayan muda itu membalas bahwa hal itu adalah pengalaman yang akan sangat menyenangkan. Dalam sekejap, mereka berdua menukik ke dalam air yang berwarna hijau. Urashima memegang erat-erat punggung penyu yang membawanya ke kedalaman yang tak terkira. Setelah tiga malam, mereka mencapai dasar laut, dan tiba di tempat yang sangat indah, penuh dengan emas dan kristal. Koral dan mutiara dan berbagai macam batu-batuan berharga membuat matanya menjadi berbinar-binar dan terkagum-kagum,  dan apa yang ada di dalam istana tersebut lebih membuat dia terkagum lagi, diterangi dengan sisik-sisik ikan yang bersinar indah.
"Ini," kata penyu itu, "Ini adalah istana dewi laut. Saya adalah salah satu pelayan dari putri dewi laut."
Sang Putri dan UrashimaPenyu itu kemudian menyampaikan kedatangan Urashima Taro ke sang Putri, dan tidak lama kemudian dia kembali, membawa Urashima ke hadapan sang Putri. Putri dewi laut itu sangat cantik sehingga ketika sang Putri meminta agar Urashima mau tinggal di tempat itu, Urashima langsung menyetujuinya dengan gembira.
"Jangan tinggalkan saya, dan kamu akan selalu terlihat muda seperti sekarang, usia tua tidak akan pernah kamu alami," kata sang Putri.
Begitulah akhirnya Urashima Taro tinggal di istana bawah laut bersama putri dari Dewi laut. Dia begitu gembira hingga tidak merasa bahwa waktu terus berlalu tanpa terasa. Berapa lama dia disana tak pernah disadarinya. Tetapi suatu hari, dia teringat kepada kedua orangtuanya; dia ingat bahwa orangtuanya mungkin merasa kehilangan dengan ketidakhadirannya. Semakin hari, keinginan untuk pulang terus datang dan bertambah kuat. Pada akhirnya, Urashima mengutarakan maksudnya kepada sang Putri bahwa dia harus pergi menjenguk orangtuanya. Sang Putri menangis sedih dan memohon agar Urashima tidak pergi.
"Jika kamu pergi, saya mungkin tidak akan melihatmu lagi," tangis sang Putri.
Tetapi keinginan Urashima sangat kuat dan tidak dapat dibujuk lagi. Urashima sangat ingin melihat kedua orangtuanya sekali lagi dan berjanji akan pulang kembali ke istana itu dan tinggal bersama sang Putri selama-lamanya. Sang Putri akhirnya setuju dan memberikan sebuah kotak emas kepadanya dan berpesan agar kotak itu jangan pernah dibuka.
"Jika kamu mengindahkan kata-kataku," katanya kembali, "kamu mungkin masih dapat kembali kepadaku. Saat kamu siap, penyuku akan berada disana untuk membawamu, tetapi bila kamu lupa apa yang saya katakan kepadamu, Saya tidak akan pernah dapat menemui kamu lagi."
Urashima Taro dengan bersemangat meyakinkan dia bahwa tidak ada satupun di dunia yang dapat memisahkan mereka, dan mengucapkan selamat tinggal. Dengan menunggangi punggung penyu, dengan cepat dia meninggalkan istana jauh dibelakang. Selama tiga hari tiga malam mereka berenang, dan akhirnya penyu itu tiba di tepi pantai dekat rumahnya yang dulu.
Dengan bersemangat dia lari ke desa itu dan mencari semua teman-teman lamanya. Semua wajah terlihat asing baginya, bahkan rumahnya pun kelihatan berbeda. Anak-anak yang bermain di pinggir jalan dimana dia pernah tinggal, tidak pernah dilihatnya sebelumnya. Dia berhenti di depan rumahnya, dengan hati berdebar-debar, dia mengetuk pintu rumah. Terdengar suara musik dari jendela atas dan seorang wanita yang asing baginya membukakan pintu. Wanita itu tidak bisa menjelaskan tentang orangtuanya dan bahkan tidak pernah mendengar nama kedua orangtuanya. Urashima lalu keluar dari rumah tersebut dan menanyai semua orang yang dijumpainya. Tetapi semua yang ditanyai hanya memandanginya dengan curiga. Akhirnya dia menuju ke tanah pekuburan di luar desa. Mencari-cari di antara kuburan yang ada, dan dengan cepat dia menemukan dirinya berdiri di dekat nama yang selama ini dicari-carinya. Tanggal pada batu nisan itu menunjukkan bahwa ayah dan ibunya meninggal tidak lama setelah dia berangkat; dan dia menemukan bahwa dia telah pergi dari rumah itu selama tiga ratus tahun. Dengan penuh kesedihan dia membungkuk untuk menghormati orangtuanya yang terakhir kali dan kembali menuju desanya. Di setiap langkah dia berharap bahwa dia akan terbangun dari mimpinya, tetapi orang-orang yang ditemui dan jalan yang dilalui adalah nyata.
Kemudian dia teringat akan sang Putri dan kotak emas yang diberikan kepadanya. Dia berpikir bahwa mungkin saja sang Putri telah menyihirnya, dan kotak ini mempunyai jimat-jimat untuk mematahkan sihir itu. Dengan tidak sabar dia membuka kotak tersebut, dan seberkas asap berwarna ungu keluar meninggalkan kotak yang kosong. Dengan terkejut, dia tersadar melihat tangannya yang langsung menjadi tua dan gemetaran. dia menjadi sadar bahwa kotak tersebut berisi jimat yang menahan dirinya dari proses penuaan selama tiga ratus tahun, dan kotak itu telah kehilangan sihirnya. Dengan ketakutan, dia berlari ke tepi aliran air yang mengalir dari atas gunung, dan melihat bayangan dirinya yang terpantul di air itu adalah bayangan seseorang yang sangat tua.
Urashima Taro meninggalDia kembali ke desa itu dengan ketakutan, dan tak ada satu orangpun yang mengenali dia sebagai anak muda yang kuat beberapa jam yang lalu. Dengan kelelahan, dia akhirnya mencapai tepi pantai, dimana dia duduk di atas sebuah batu dan memanggil penyu laut yang membawanya ke istana laut. Tetapi panggilannya sia-sia belaka, penyu itu tidak pernah muncul, dan akhirnya suaranya hilang di telan kematian.
Sebelum kematiannya, orang-orang se-desa berkumpul di dekatnya dan mendengarkan ceritanya yang sangat aneh. Lama setelah kejadian itu, orang-orang desa menceritakan kepada anak-anaknya tentang seseorang yang sangat mencintai orangtuanya, meninggalkan istana bawah laut dan seorang Putri yang sangat cantik, dan orang itu bernama Urashima Taro.(Cerita Rakyat Jepang)

Sumber:  http://www.ceritakecil.com/cerita-dan-dongeng/Urashima-Taro-dan-Penyu-Laut-17

Anak Gembala yang Bijaksana

Anak Gembala yang Bijaksana

Tidak dikenal


Gembala kecil yang bijaksanaDahulu kala, ada seorang gembala kecil yang terkenal sampai jauh dimana-mana karena bisa memberi jawaban yang bijaksana atas semua pertanyaan yang diberikan kepadanya. Kabar tersebut sampai ke telinga Raja di kerajaan itu, tetapi sang Raja sendiri kurang percaya dengan apa yang orang kabarkan tentang gembala kecil itu, karena itu, anak gembala tersebut diperintahkan untuk datang dan menghadap ke istana. Ketika dia tiba, Raja berkata kepadanya: "Jika kamu dapat memberikan jawaban dari tiga pertanyaan yang akan saya berikan kepadamu, aku akan menganggap kamu sebagai anak saya sendiri, dan kamu akan hidup berbahagia dengan saya di istanaku."
"Apakah ketiga pertanyaan itu, paduka?" tanya anak gembala itu.
"Yang pertama adalah, berapa banyak tetesan air yang ada di laut?"
"Tuanku Paduka," jawab anak gembala, "hentikanlah semua tetesan air yang ada di bumi sehingga tidak ada satu tetespun yang akan masuk ke laut sebelum saya menghitungnya, dan saat itu, saya akan memberitahu Paduka berapa banyak tetesan yang ada di laut!"
"Pertanyaan kedua," kata Raja, "Berapa banyak bintang yang ada di langit?"
"Beri aku selembar kertas besar," kata anak itu, kemudian ia membuat begitu banyak lubang dengan sebuah jarum sehingga terlalu banyak dan tidak memungkinkan untuk dihitung. Saat selesai si Anak Gembala berkata : "Jumlah bintang yang ada di langit sama banyaknya dengan lubang yang ada di kertas ini, adakah yang mampu menghitungnya?" Tapi tak seorang pun bisa menghitungnya. Kemudian Raja berkata lagi "Pertanyaan ketiga adalah, berapa detik yang ada dalam keabadian"
"Di kerajaan ini, terletak gunung adamantine, satu mil tingginya, satu mil lebarnya, dan satu mil dalamnya, dan tiap seribu tahun, seekor burung datang untuk menggosok paruhnya ke gunung tersebut, dan, saat seluruh gunung telah di gosok oleh sang Burung, maka detik pertama dari keabadian pun berlalu."
"Kamu telah menjawab tiga pertanyaan saya secara bijak," kata sang Raja, "dan untuk selanjutnya kamu akan hidup bersama saya di istana, dan saya akan memperlakukan kamu sebagai anak saya sendiri."(Cerita Dongeng)

Sumber:  http://www.ceritakecil.com/cerita-dan-dongeng/Anak-Gembala-yang-Bijaksana-143

Orang yang Paling Hemat Di Dunia

Orang yang Paling Hemat Di Dunia

Tidak dikenal


Seorang pria yang dianggap paling hemat di sebuah kerajaan tertentu mendengar kabar bahwa ada seorang pria yang paling hemat di seluruh dunia . Dia pun berkata kepada putranya: "Kita memang hidup sangat hemat, tapi jika kita bisa lebih hemat lagi, kita mungkin bisa hidup tanpa mengeluarkan biaya apapun juga. Sebaiknya kita belajar dan mendapatkan petunjuk dari kehidupan ekonomi orang yang paling hemat di dunia." Putranya setuju, dan keduanya memutuskan bahwa sang Putra akan pergi dan bermohon agar orang yang paling ahli dalam ilmu ekonomi ini bisa mengangkatnya sebagai murid.
Empat buah jerukSudah merupakan tradisi bahwa orang yang bertamu dan berharap untuk belajar, membawa sedikit hadiah untuk mempererat hubungan, maka sang ayah memerintahkan putranya untuk mengambil koin dengan nilai terkecil, dan membeli selembar kertas dari jenis termurah. Pemuda itu pun berangkat ke pasar, dan setelah melakukan tawar-menawar yang lama, ia berhasil mendapatkan dua lembar kertas dengan uang tersebut. Sang ayah lalu menyimpan selembar kertas, lalu memotong lembaran lainnya menjadi setengah bagian, dan pada bagian tersebut, di gambarlah sebuah kepala kambing. Lalu dia memasukkannya ke dalam keranjang yang besar. Putranya kemudian membawa keranjang tersebut dan melakukan perjalanan panjang untuk mencapai tempat tinggal orang yang terkenal paling hemat di dunia dan dianggap sebagai ahli dalam bidang ekonomi oleh ayahnya.
Sayangnya pemilik rumah yang dikunjungi, tidak berada dalam rumah, dan hanya seorang putranya yang menerima kedatangan tamu jauh ini. Putra orang yang paling hemat di seluruh dunia menanyakan tujuan kedatangannya, lalu menerima pemberian hadiahnya. Setelah ia mengambil gambar kepala kambing dari dalam keranjang, ia pun berkata dengan penuh sopan santun dan basa-basi kepada tamunya: "Saya minta maaf karena tidak ada sesuatu pun yang berharga dan bisa menggantikan hadiah kepala kambing yang kamu berikan. Tetapi, saya tetap akan membalas hadiahmu sebagai tanda persahabatan kita dengan memberikan kamu empat buah jeruk agar dapat kamu bawa pulang ke rumahmu."
Kemudian pemuda itu, tanpa memegang jeruk di tangan, membuat gerakan seolah-olah memegang jeruk khayalan dan menempatkan buah jeruk khayalan itu ke dalam keranjang. Putra orang yang paling hemat dalam kerajaan kemudian mengambil keranjang tersebut dan pulang ke ayahnya untuk menceritakan penghematan yang melampaui penghematan mereka sendiri.
Ketika orang yang paling hemat di seluruh dunia kembali ke rumah, putranya menceritakan kepadanya tentang tamu yang datang dari kota yang jaraknya sangat jauh untuk mendapatkan pelajaran dalam bidang perekonomian. Sang ayah bertanya apa yang tamunya berikan sebagai hadiah kunjungan, dan putranya pun menunjukkan kertas kecil yang bergambarkan kepala kambing. Sang ayah melihatnya, dan kemudian menanyakan apa yang putranya berikan sebagai hadiah balasan. Putranya mengatakan kepadanya bahwa ia hanya membuat gerakan seolah-olah telah memberikan empat buah jeruk, dan menunjukkan bagaimana ia menggenggam buah jeruk khayalan yang kemudian disimpan ke dalam keranjang tamunya. Sang ayah langsung menjadi marah dan berseru di telinga putranya: "Kamu sangat boros sekali, dengan jari-jari mu tadi, kamu telah memberi mereka jeruk yang besar, mengapa engkau tidak memberinya jeruk yang lebih kecil?". (Cerita Rakyat China).

Sumber:  http://www.ceritakecil.com/cerita-dan-dongeng/Orang-yang-Paling-Hemat-Di-Dunia-114

Orang tua dan Setan

Orang tua dan Setan

Tidak dikenal


Orang tua dengan benjolan di pipiDahulu kala ada seorang laki-laki tua yang mempunyai benjolan besar di sebelah kanan wajahnya.
Suatu hari dia pergi ke gunung untuk memotong kayu, ketika hujan mulai turun dan angin bertiup sangat kencang, dia merasa tidak mungkin untuk pulang ke rumah, dengan ketakutan, dia mengambil tempat perlindungan di dalam rongga sebuah pohon tua. Ketika duduk meringkuk dan tak dapat tidur, dia mendengar bunyi banyak suara yang membingungkan di kejauhan yang perlahan-lahan mendekat ke arah mana dia berada. Dia berkata kepada sendiri: "Aneh sekali!" Saya menyangka saya seorang diri saja di gunung ini, tetapi saya mendengar suara banyak orang disini." Oleh sebab itu, dengan sedikit keberanian, dia mengintip, dan melihat kerumunan besar dari orang-orang yang kelihatan aneh. Ada yang berwarna merah, dan berpakaian hijau; yang lainnya berwarna hitam dan berpakaian merah; ada yang hanya memiliki satu mata; sedangkan yang lain tidak mempunyai mulut; memang, sangat tidak mungkin untuk menggambarkan berbagai macam bentuk dan keanehan mereka. Mereka menyalakan api, sehingga menjadi sangat terang seperti di siang hari. Mereka duduk dalam dua barisan yang melintang, dan mulai meminum anggur dan bergembira seperti manusia. Mereka mengedarkan cangkir minuman anggur begitu sering sehingga banyak dari mereka kelihatannya minum terlalu banyak. Salah satu setan muda bangun dan mulai menyanyikan lagu gembira dan menari; begitu juga dengan yang lainnya; beberapa dapat menari dengan baik dan yang lainnya menari dengan sangat buruk. Salah satunya berkata : "Kita sudah menikmati kesenangan yang luar biasa malam ini, tetapi saya lebih suka melihat hal-hal yang baru."
Hantu-hantu bergembiraLalu orang tua itu, hilang rasa takutnya, berpikir bahwa dia juga ingin menari, dan berkata, "Apa yang akan terjadi, terjadilah, bila karena hal ini saya harus meninggal, saya harus tetap akan menari juga," Dia menyelinap keluar dari rongga pohon dan, dengan penutup kepala yang diselipkan menutupi hidungnya dan kapak yang tergantung di pinggangnya, dia mulai menari. Setan-setan itu terlonjak kaget dan berkata, "Siapa ini?" tetapi orang tua itu berayun maju mundur, ke kiri dan ke kanan, semua kerumunan tersebut tertawa dan menikmati tarian yang dibawakan oleh orang tua itu, dan berkata: "Orang tua itu menari dengan sangat bagus! Kamu harus selalu datang dan menemani kami menari disini, tetapi, kami takut kamu mungkin tidak akan datang, jadi kamu harus memberi kami jaminan bahwa kamu akan datang." Jadi setan-setan tersebut mulai berunding sesamanya, dan, setuju bahwa benjolan di wajah orang tua itu adalah kekayaan yang pasti sangat tinggi nilainya, dan menuntut untuk diambil sebagai jaminan. Orang tua itu membalas berkata: "Saya memiliki benjolan ini selama bertahun-tahun, dan saya tidak memiliki alasan untuk berpisah dengan benjolan ini, tetapi kamu bisa mengambilnya, atau sebuah mataku, hidung atau apapun yang kamu inginkan." Lalu setan tersebut memegang benjolan tersebut, memutar dan menariknya, mengambilnya tanpa menimbulkan rasa sakit sedikitpun, dan menyimpannya sebagai jaminan bahwa orang tua itu akan kembali. Ketika hari mulai fajar, burung-burung mulai bernyanyi, setan-setan tersebut terburu-buru untuk pergi.
Orang tua itu meraba wajahnya dan menemukan bahwa wajahnya menjadi mulus tanpa ada benjolan besar lagi di wajahnya. Dia lupa akan kayu yang dipotongnya dan terburu-buru untuk pulang. Istrinya, begitu melihat dia, berteriak kegirangan dan berkata, "Apa yang terjadi denganmu?" Lalu orang tua itu menceritakan semua kisah yang terjadi padanya.
Orang tua dengan dua benjolan di pipiSaat itu, diantara tetangganya, ada orang tua juga yang memiliki benjolan di sebelah kiri wajahnya. Mendengan bahwa orang tua yang pertama tadi berhasil menyingkirkan kesialannya, dia berencana untuk melakukan hal yang sama, Lalu dia berangkat ke gunung dan menyelinap ke rongga pohon yang disebutkan oleh orang tua pertama dan menunggu hingga setan-setan tersebut muncul. Dengan keyakinan penuh, setan-setan tersebut datang seperti yang dikatakan, dan mereka mulai duduk, meminum anggur dan bergembira seperti sebelumnya. Orang tua yang kedua ini, ketakutan dan mulai gemetar, menyelinap keluar dari rongga pohon. Setan-setan tersebut menyambut kedatangannya dan berkata: "Orang tua ini telah datang, mari kita lihat dia menari." Tetapi orang tua yang satu ini sangat kaku dan menari tidak sebaik orang tua yang pertama, sehingga setan-setan itu berteriak: "Tarian kamu sangat jelek dan bertambah buruk dan buruk, kami akan memberikan kamu kembali benjolan yang kami ambil sebagai jaminan." Saat itu, setan yang membawa benjolan tersebut menempelkannya pada sisi wajah kanan si orang tua itu; orang tua yang sial itu akhirnya pulang kerumah dengan benjolan pada kedua sisi wajahnya. (Cerita Rakyat Jepang)


Sumber: http://www.ceritakecil.com/cerita-dan-dongeng/Orang-tua-dan-Setan-5