Urashima Taro dan Penyu Laut
Tidak dikenal
Urashima Taro, yang dalam bahasa Jepang berarti "Anak
laki-laki dari pulau," adalah anak satu-satunya dan merupakan kesayangan
dari seorang nelayan tua dan istrinya.
Dia sangat baik, muda dan kuat, dia dapat berlayar dengan perahu jauh lebih pandai dari orang-orang yang tinggal di tepi pantai rumahnya. Dia sering berlayar jauh ke tengah laut, dimana para tetangganya sering memperingati orangtuanya bahwa mungkin suatu saat dia akan pergi terlalu jauh ke laut dan tidak pernah kembali lagi.
Orangtuanya tahu akan hal ini, bagaimanpun juga, mereka mengerti bahwa anaknya sangat pandai berlayar, dan mereka tidak pernah terlalu mengkuatirkannya. Bahkan bila Urashima pulang lebih lambat dari yang diharapkan, mereka selalu menunggu kedatangannya tanpa rasa cemas. Mereka mencintai Urashima lebih dari hidup mereka sendiri, dan bangga bahwa dia sangat berani dan lebih kuat dari anak laki-laki tetangganya.
Suatu
pagi, Urashima Taro pergi untuk mengambil tangkapan di jaringnya,
seperti yang ditebarkannya kemarin malam. Di salah satu jaringnya,
diantara ikan yang tertangkap, dia menemukan seekor penyu kecil yang
ikut terjerat. Penyu itu di ambilnya dan diletakkannya di dalam perahu
sendiri, disimpannya di tempat yang aman, hingga dia dapat membawanya
pulang ke rumah. Tetapi dengan kagum, Urashima mendengarkan penyu itu
memohon dengan suara yang sangat lirih. "Apa gunanya saya bagi kamu?"
tanya penyu itu. "Saya terlalu kecil untuk dimakan, dan terlalu muda
hingga butuh waktu yang lama hingga saya menjadi besar. Kasihanilah saya
dan kembalikan saya ke laut, karena saya tidak ingin mati." Urashima
Taro yang baik hati menaruh belas kasihan paa penyu kecil yang memohon
sehingga dia melepaskan kembali penyu kecil itu ke laut.
Beberapa tahun setelah kejadian ini, ketika Urashima Taro pergi berlayar terlalu jauh ke tengah laut, badai yang buruk datang menerpa perahunya dan memecahkan perahunya hingga berkeping-keping. Urashima adalah perenang yang sangat baik, dan dia terus berupaya agar dapat sampai ke tepi pantai dengan berenang, tetapi jarak antara dia dan pantai terlalu jauh dan saat itu laut sangat ganas, kekuatannya akhirnya melemah dan dia sudah mulai tenggelam perlahan-lahan. Saat dia menyerah dan berpikir bahwa dia tidak akan pernah bertemu dengan ayahnya lagi, dia mendengar namanya dipanggil dan melihat penyu yang besar berenang ke arahnya.
Naiklah kepunggungku," teriak penyu itu, "dan saya akan membawamu menuju daratan." Ketika Urashima Taro telah aman dan duduk di punggung penyu itu, penyu itu lalu melanjutkan kata-katanya: "Saya adalah penyu yang kamu lepas saat saya masih kecil dan tidak berdaya di jaring mu, dan saya sangat senang dapat membalas kebaikanmu."
Sebelum mereka tiba di pantai, penyu itu bertanya kepada Urashima Taro bahwa apakah dia ingin melihat kehidupan yang indah yang tersembunyi di bawah laut. Nelayan muda itu membalas bahwa hal itu adalah pengalaman yang akan sangat menyenangkan. Dalam sekejap, mereka berdua menukik ke dalam air yang berwarna hijau. Urashima memegang erat-erat punggung penyu yang membawanya ke kedalaman yang tak terkira. Setelah tiga malam, mereka mencapai dasar laut, dan tiba di tempat yang sangat indah, penuh dengan emas dan kristal. Koral dan mutiara dan berbagai macam batu-batuan berharga membuat matanya menjadi berbinar-binar dan terkagum-kagum, dan apa yang ada di dalam istana tersebut lebih membuat dia terkagum lagi, diterangi dengan sisik-sisik ikan yang bersinar indah.
"Ini," kata penyu itu, "Ini adalah istana dewi laut. Saya adalah salah satu pelayan dari putri dewi laut."
Penyu
itu kemudian menyampaikan kedatangan Urashima Taro ke sang Putri, dan
tidak lama kemudian dia kembali, membawa Urashima ke hadapan sang Putri.
Putri dewi laut itu sangat cantik sehingga ketika sang Putri meminta
agar Urashima mau tinggal di tempat itu, Urashima langsung menyetujuinya
dengan gembira.
"Jangan tinggalkan saya, dan kamu akan selalu terlihat muda seperti sekarang, usia tua tidak akan pernah kamu alami," kata sang Putri.
Begitulah akhirnya Urashima Taro tinggal di istana bawah laut bersama putri dari Dewi laut. Dia begitu gembira hingga tidak merasa bahwa waktu terus berlalu tanpa terasa. Berapa lama dia disana tak pernah disadarinya. Tetapi suatu hari, dia teringat kepada kedua orangtuanya; dia ingat bahwa orangtuanya mungkin merasa kehilangan dengan ketidakhadirannya. Semakin hari, keinginan untuk pulang terus datang dan bertambah kuat. Pada akhirnya, Urashima mengutarakan maksudnya kepada sang Putri bahwa dia harus pergi menjenguk orangtuanya. Sang Putri menangis sedih dan memohon agar Urashima tidak pergi.
"Jika kamu pergi, saya mungkin tidak akan melihatmu lagi," tangis sang Putri.
Tetapi keinginan Urashima sangat kuat dan tidak dapat dibujuk lagi. Urashima sangat ingin melihat kedua orangtuanya sekali lagi dan berjanji akan pulang kembali ke istana itu dan tinggal bersama sang Putri selama-lamanya. Sang Putri akhirnya setuju dan memberikan sebuah kotak emas kepadanya dan berpesan agar kotak itu jangan pernah dibuka.
"Jika kamu mengindahkan kata-kataku," katanya kembali, "kamu mungkin masih dapat kembali kepadaku. Saat kamu siap, penyuku akan berada disana untuk membawamu, tetapi bila kamu lupa apa yang saya katakan kepadamu, Saya tidak akan pernah dapat menemui kamu lagi."
Urashima Taro dengan bersemangat meyakinkan dia bahwa tidak ada satupun di dunia yang dapat memisahkan mereka, dan mengucapkan selamat tinggal. Dengan menunggangi punggung penyu, dengan cepat dia meninggalkan istana jauh dibelakang. Selama tiga hari tiga malam mereka berenang, dan akhirnya penyu itu tiba di tepi pantai dekat rumahnya yang dulu.
Dengan bersemangat dia lari ke desa itu dan mencari semua teman-teman lamanya. Semua wajah terlihat asing baginya, bahkan rumahnya pun kelihatan berbeda. Anak-anak yang bermain di pinggir jalan dimana dia pernah tinggal, tidak pernah dilihatnya sebelumnya. Dia berhenti di depan rumahnya, dengan hati berdebar-debar, dia mengetuk pintu rumah. Terdengar suara musik dari jendela atas dan seorang wanita yang asing baginya membukakan pintu. Wanita itu tidak bisa menjelaskan tentang orangtuanya dan bahkan tidak pernah mendengar nama kedua orangtuanya. Urashima lalu keluar dari rumah tersebut dan menanyai semua orang yang dijumpainya. Tetapi semua yang ditanyai hanya memandanginya dengan curiga. Akhirnya dia menuju ke tanah pekuburan di luar desa. Mencari-cari di antara kuburan yang ada, dan dengan cepat dia menemukan dirinya berdiri di dekat nama yang selama ini dicari-carinya. Tanggal pada batu nisan itu menunjukkan bahwa ayah dan ibunya meninggal tidak lama setelah dia berangkat; dan dia menemukan bahwa dia telah pergi dari rumah itu selama tiga ratus tahun. Dengan penuh kesedihan dia membungkuk untuk menghormati orangtuanya yang terakhir kali dan kembali menuju desanya. Di setiap langkah dia berharap bahwa dia akan terbangun dari mimpinya, tetapi orang-orang yang ditemui dan jalan yang dilalui adalah nyata.
Kemudian dia teringat akan sang Putri dan kotak emas yang diberikan kepadanya. Dia berpikir bahwa mungkin saja sang Putri telah menyihirnya, dan kotak ini mempunyai jimat-jimat untuk mematahkan sihir itu. Dengan tidak sabar dia membuka kotak tersebut, dan seberkas asap berwarna ungu keluar meninggalkan kotak yang kosong. Dengan terkejut, dia tersadar melihat tangannya yang langsung menjadi tua dan gemetaran. dia menjadi sadar bahwa kotak tersebut berisi jimat yang menahan dirinya dari proses penuaan selama tiga ratus tahun, dan kotak itu telah kehilangan sihirnya. Dengan ketakutan, dia berlari ke tepi aliran air yang mengalir dari atas gunung, dan melihat bayangan dirinya yang terpantul di air itu adalah bayangan seseorang yang sangat tua.
Dia
kembali ke desa itu dengan ketakutan, dan tak ada satu orangpun yang
mengenali dia sebagai anak muda yang kuat beberapa jam yang lalu. Dengan
kelelahan, dia akhirnya mencapai tepi pantai, dimana dia duduk di atas
sebuah batu dan memanggil penyu laut yang membawanya ke istana laut.
Tetapi panggilannya sia-sia belaka, penyu itu tidak pernah muncul, dan
akhirnya suaranya hilang di telan kematian.
Sebelum kematiannya, orang-orang se-desa berkumpul di dekatnya dan mendengarkan ceritanya yang sangat aneh. Lama setelah kejadian itu, orang-orang desa menceritakan kepada anak-anaknya tentang seseorang yang sangat mencintai orangtuanya, meninggalkan istana bawah laut dan seorang Putri yang sangat cantik, dan orang itu bernama Urashima Taro.(Cerita Rakyat Jepang)
Sumber: http://www.ceritakecil.com/cerita-dan-dongeng/Urashima-Taro-dan-Penyu-Laut-17
Dia sangat baik, muda dan kuat, dia dapat berlayar dengan perahu jauh lebih pandai dari orang-orang yang tinggal di tepi pantai rumahnya. Dia sering berlayar jauh ke tengah laut, dimana para tetangganya sering memperingati orangtuanya bahwa mungkin suatu saat dia akan pergi terlalu jauh ke laut dan tidak pernah kembali lagi.
Orangtuanya tahu akan hal ini, bagaimanpun juga, mereka mengerti bahwa anaknya sangat pandai berlayar, dan mereka tidak pernah terlalu mengkuatirkannya. Bahkan bila Urashima pulang lebih lambat dari yang diharapkan, mereka selalu menunggu kedatangannya tanpa rasa cemas. Mereka mencintai Urashima lebih dari hidup mereka sendiri, dan bangga bahwa dia sangat berani dan lebih kuat dari anak laki-laki tetangganya.
Suatu
pagi, Urashima Taro pergi untuk mengambil tangkapan di jaringnya,
seperti yang ditebarkannya kemarin malam. Di salah satu jaringnya,
diantara ikan yang tertangkap, dia menemukan seekor penyu kecil yang
ikut terjerat. Penyu itu di ambilnya dan diletakkannya di dalam perahu
sendiri, disimpannya di tempat yang aman, hingga dia dapat membawanya
pulang ke rumah. Tetapi dengan kagum, Urashima mendengarkan penyu itu
memohon dengan suara yang sangat lirih. "Apa gunanya saya bagi kamu?"
tanya penyu itu. "Saya terlalu kecil untuk dimakan, dan terlalu muda
hingga butuh waktu yang lama hingga saya menjadi besar. Kasihanilah saya
dan kembalikan saya ke laut, karena saya tidak ingin mati." Urashima
Taro yang baik hati menaruh belas kasihan paa penyu kecil yang memohon
sehingga dia melepaskan kembali penyu kecil itu ke laut.Beberapa tahun setelah kejadian ini, ketika Urashima Taro pergi berlayar terlalu jauh ke tengah laut, badai yang buruk datang menerpa perahunya dan memecahkan perahunya hingga berkeping-keping. Urashima adalah perenang yang sangat baik, dan dia terus berupaya agar dapat sampai ke tepi pantai dengan berenang, tetapi jarak antara dia dan pantai terlalu jauh dan saat itu laut sangat ganas, kekuatannya akhirnya melemah dan dia sudah mulai tenggelam perlahan-lahan. Saat dia menyerah dan berpikir bahwa dia tidak akan pernah bertemu dengan ayahnya lagi, dia mendengar namanya dipanggil dan melihat penyu yang besar berenang ke arahnya.
Naiklah kepunggungku," teriak penyu itu, "dan saya akan membawamu menuju daratan." Ketika Urashima Taro telah aman dan duduk di punggung penyu itu, penyu itu lalu melanjutkan kata-katanya: "Saya adalah penyu yang kamu lepas saat saya masih kecil dan tidak berdaya di jaring mu, dan saya sangat senang dapat membalas kebaikanmu."
Sebelum mereka tiba di pantai, penyu itu bertanya kepada Urashima Taro bahwa apakah dia ingin melihat kehidupan yang indah yang tersembunyi di bawah laut. Nelayan muda itu membalas bahwa hal itu adalah pengalaman yang akan sangat menyenangkan. Dalam sekejap, mereka berdua menukik ke dalam air yang berwarna hijau. Urashima memegang erat-erat punggung penyu yang membawanya ke kedalaman yang tak terkira. Setelah tiga malam, mereka mencapai dasar laut, dan tiba di tempat yang sangat indah, penuh dengan emas dan kristal. Koral dan mutiara dan berbagai macam batu-batuan berharga membuat matanya menjadi berbinar-binar dan terkagum-kagum, dan apa yang ada di dalam istana tersebut lebih membuat dia terkagum lagi, diterangi dengan sisik-sisik ikan yang bersinar indah.
"Ini," kata penyu itu, "Ini adalah istana dewi laut. Saya adalah salah satu pelayan dari putri dewi laut."
Penyu
itu kemudian menyampaikan kedatangan Urashima Taro ke sang Putri, dan
tidak lama kemudian dia kembali, membawa Urashima ke hadapan sang Putri.
Putri dewi laut itu sangat cantik sehingga ketika sang Putri meminta
agar Urashima mau tinggal di tempat itu, Urashima langsung menyetujuinya
dengan gembira."Jangan tinggalkan saya, dan kamu akan selalu terlihat muda seperti sekarang, usia tua tidak akan pernah kamu alami," kata sang Putri.
Begitulah akhirnya Urashima Taro tinggal di istana bawah laut bersama putri dari Dewi laut. Dia begitu gembira hingga tidak merasa bahwa waktu terus berlalu tanpa terasa. Berapa lama dia disana tak pernah disadarinya. Tetapi suatu hari, dia teringat kepada kedua orangtuanya; dia ingat bahwa orangtuanya mungkin merasa kehilangan dengan ketidakhadirannya. Semakin hari, keinginan untuk pulang terus datang dan bertambah kuat. Pada akhirnya, Urashima mengutarakan maksudnya kepada sang Putri bahwa dia harus pergi menjenguk orangtuanya. Sang Putri menangis sedih dan memohon agar Urashima tidak pergi.
"Jika kamu pergi, saya mungkin tidak akan melihatmu lagi," tangis sang Putri.
Tetapi keinginan Urashima sangat kuat dan tidak dapat dibujuk lagi. Urashima sangat ingin melihat kedua orangtuanya sekali lagi dan berjanji akan pulang kembali ke istana itu dan tinggal bersama sang Putri selama-lamanya. Sang Putri akhirnya setuju dan memberikan sebuah kotak emas kepadanya dan berpesan agar kotak itu jangan pernah dibuka.
"Jika kamu mengindahkan kata-kataku," katanya kembali, "kamu mungkin masih dapat kembali kepadaku. Saat kamu siap, penyuku akan berada disana untuk membawamu, tetapi bila kamu lupa apa yang saya katakan kepadamu, Saya tidak akan pernah dapat menemui kamu lagi."
Urashima Taro dengan bersemangat meyakinkan dia bahwa tidak ada satupun di dunia yang dapat memisahkan mereka, dan mengucapkan selamat tinggal. Dengan menunggangi punggung penyu, dengan cepat dia meninggalkan istana jauh dibelakang. Selama tiga hari tiga malam mereka berenang, dan akhirnya penyu itu tiba di tepi pantai dekat rumahnya yang dulu.
Dengan bersemangat dia lari ke desa itu dan mencari semua teman-teman lamanya. Semua wajah terlihat asing baginya, bahkan rumahnya pun kelihatan berbeda. Anak-anak yang bermain di pinggir jalan dimana dia pernah tinggal, tidak pernah dilihatnya sebelumnya. Dia berhenti di depan rumahnya, dengan hati berdebar-debar, dia mengetuk pintu rumah. Terdengar suara musik dari jendela atas dan seorang wanita yang asing baginya membukakan pintu. Wanita itu tidak bisa menjelaskan tentang orangtuanya dan bahkan tidak pernah mendengar nama kedua orangtuanya. Urashima lalu keluar dari rumah tersebut dan menanyai semua orang yang dijumpainya. Tetapi semua yang ditanyai hanya memandanginya dengan curiga. Akhirnya dia menuju ke tanah pekuburan di luar desa. Mencari-cari di antara kuburan yang ada, dan dengan cepat dia menemukan dirinya berdiri di dekat nama yang selama ini dicari-carinya. Tanggal pada batu nisan itu menunjukkan bahwa ayah dan ibunya meninggal tidak lama setelah dia berangkat; dan dia menemukan bahwa dia telah pergi dari rumah itu selama tiga ratus tahun. Dengan penuh kesedihan dia membungkuk untuk menghormati orangtuanya yang terakhir kali dan kembali menuju desanya. Di setiap langkah dia berharap bahwa dia akan terbangun dari mimpinya, tetapi orang-orang yang ditemui dan jalan yang dilalui adalah nyata.
Kemudian dia teringat akan sang Putri dan kotak emas yang diberikan kepadanya. Dia berpikir bahwa mungkin saja sang Putri telah menyihirnya, dan kotak ini mempunyai jimat-jimat untuk mematahkan sihir itu. Dengan tidak sabar dia membuka kotak tersebut, dan seberkas asap berwarna ungu keluar meninggalkan kotak yang kosong. Dengan terkejut, dia tersadar melihat tangannya yang langsung menjadi tua dan gemetaran. dia menjadi sadar bahwa kotak tersebut berisi jimat yang menahan dirinya dari proses penuaan selama tiga ratus tahun, dan kotak itu telah kehilangan sihirnya. Dengan ketakutan, dia berlari ke tepi aliran air yang mengalir dari atas gunung, dan melihat bayangan dirinya yang terpantul di air itu adalah bayangan seseorang yang sangat tua.
Dia
kembali ke desa itu dengan ketakutan, dan tak ada satu orangpun yang
mengenali dia sebagai anak muda yang kuat beberapa jam yang lalu. Dengan
kelelahan, dia akhirnya mencapai tepi pantai, dimana dia duduk di atas
sebuah batu dan memanggil penyu laut yang membawanya ke istana laut.
Tetapi panggilannya sia-sia belaka, penyu itu tidak pernah muncul, dan
akhirnya suaranya hilang di telan kematian.Sebelum kematiannya, orang-orang se-desa berkumpul di dekatnya dan mendengarkan ceritanya yang sangat aneh. Lama setelah kejadian itu, orang-orang desa menceritakan kepada anak-anaknya tentang seseorang yang sangat mencintai orangtuanya, meninggalkan istana bawah laut dan seorang Putri yang sangat cantik, dan orang itu bernama Urashima Taro.(Cerita Rakyat Jepang)
Sumber: http://www.ceritakecil.com/cerita-dan-dongeng/Urashima-Taro-dan-Penyu-Laut-17
Dahulu
kala, ada seorang gembala kecil yang terkenal sampai jauh dimana-mana
karena bisa memberi jawaban yang bijaksana atas semua pertanyaan yang
diberikan kepadanya. Kabar tersebut sampai ke telinga Raja di kerajaan
itu, tetapi sang Raja sendiri kurang percaya dengan apa yang orang
kabarkan tentang gembala kecil itu, karena itu, anak gembala tersebut
diperintahkan untuk datang dan menghadap ke istana. Ketika dia tiba,
Raja berkata kepadanya: "Jika kamu dapat memberikan jawaban dari tiga
pertanyaan yang akan saya berikan kepadamu, aku akan menganggap kamu
sebagai anak saya sendiri, dan kamu akan hidup berbahagia dengan saya di
istanaku."
Sudah
merupakan tradisi bahwa orang yang bertamu dan berharap untuk belajar,
membawa sedikit hadiah untuk mempererat hubungan, maka sang ayah
memerintahkan putranya untuk mengambil koin dengan nilai terkecil, dan
membeli selembar kertas dari jenis termurah. Pemuda itu pun berangkat ke
pasar, dan setelah melakukan tawar-menawar yang lama, ia berhasil
mendapatkan dua lembar kertas dengan uang tersebut. Sang ayah lalu
menyimpan selembar kertas, lalu memotong lembaran lainnya menjadi
setengah bagian, dan pada bagian tersebut, di gambarlah sebuah kepala
kambing. Lalu dia memasukkannya ke dalam keranjang yang besar. Putranya
kemudian membawa keranjang tersebut dan melakukan perjalanan panjang
untuk mencapai tempat tinggal orang yang terkenal paling hemat di dunia
dan dianggap sebagai ahli dalam bidang ekonomi oleh ayahnya.
Dahulu kala ada seorang laki-laki tua yang mempunyai benjolan besar di sebelah kanan wajahnya.
Lalu
orang tua itu, hilang rasa takutnya, berpikir bahwa dia juga ingin
menari, dan berkata, "Apa yang akan terjadi, terjadilah, bila karena hal
ini saya harus meninggal, saya harus tetap akan menari juga," Dia
menyelinap keluar dari rongga pohon dan, dengan penutup kepala yang
diselipkan menutupi hidungnya dan kapak yang tergantung di pinggangnya,
dia mulai menari. Setan-setan itu terlonjak kaget dan berkata, "Siapa
ini?" tetapi orang tua itu berayun maju mundur, ke kiri dan ke kanan,
semua kerumunan tersebut tertawa dan menikmati tarian yang dibawakan
oleh orang tua itu, dan berkata: "Orang tua itu menari dengan sangat
bagus! Kamu harus selalu datang dan menemani kami menari disini, tetapi,
kami takut kamu mungkin tidak akan datang, jadi kamu harus memberi kami
jaminan bahwa kamu akan datang." Jadi setan-setan tersebut mulai
berunding sesamanya, dan, setuju bahwa benjolan di wajah orang tua itu
adalah kekayaan yang pasti sangat tinggi nilainya, dan menuntut untuk
diambil sebagai jaminan. Orang tua itu membalas berkata: "Saya memiliki
benjolan ini selama bertahun-tahun, dan saya tidak memiliki alasan untuk
berpisah dengan benjolan ini, tetapi kamu bisa mengambilnya, atau
sebuah mataku, hidung atau apapun yang kamu inginkan." Lalu setan
tersebut memegang benjolan tersebut, memutar dan menariknya,
mengambilnya tanpa menimbulkan rasa sakit sedikitpun, dan menyimpannya
sebagai jaminan bahwa orang tua itu akan kembali. Ketika hari mulai
fajar, burung-burung mulai bernyanyi, setan-setan tersebut terburu-buru
untuk pergi.
Saat
itu, diantara tetangganya, ada orang tua juga yang memiliki benjolan di
sebelah kiri wajahnya. Mendengan bahwa orang tua yang pertama tadi
berhasil menyingkirkan kesialannya, dia berencana untuk melakukan hal
yang sama, Lalu dia berangkat ke gunung dan menyelinap ke rongga pohon
yang disebutkan oleh orang tua pertama dan menunggu hingga setan-setan
tersebut muncul. Dengan keyakinan penuh, setan-setan tersebut datang
seperti yang dikatakan, dan mereka mulai duduk, meminum anggur dan
bergembira seperti sebelumnya. Orang tua yang kedua ini, ketakutan dan
mulai gemetar, menyelinap keluar dari rongga pohon. Setan-setan tersebut
menyambut kedatangannya dan berkata: "Orang tua ini telah datang, mari
kita lihat dia menari." Tetapi orang tua yang satu ini sangat kaku dan
menari tidak sebaik orang tua yang pertama, sehingga setan-setan itu
berteriak: "Tarian kamu sangat jelek dan bertambah buruk dan buruk, kami
akan memberikan kamu kembali benjolan yang kami ambil sebagai jaminan."
Saat itu, setan yang membawa benjolan tersebut menempelkannya pada sisi
wajah kanan si orang tua itu; orang tua yang sial itu akhirnya pulang
kerumah dengan benjolan pada kedua sisi wajahnya.